Kasih Sayang Ayah Yang Tak Terbatas

by - August 13, 2012

Ayah.. 
Banyak orang di muka bumi ini mengaku bahwa selama ini ia jarang sekali mengucapkan kalimat sayang atau bahkan cinta pada ayahnya. Sosok pria yang seringkali digambarkan menakutkan memang secara tidak langsung membuat diri kita melihat bahwa ada tameng yang dipasang di depan dada ayah. Padahal, jika Anda tahu, meski tampak dari luar sangat galak dan jahat, ayah adalah sosok pria berhati lembut. Bahkan, jika Anda jauh lebih teliti, ayah adalah sosok pria yang memiliki hati gampang rapuh, terlebih jika melihat buah hatinya yang bertingkah tak wajar, jauh, atau bahkan sedih.

Berikut ini satu kisah inspirasi tentang ayah, semoga menyadarkan kita betapa ayah sebenarnya sangat sayang pada kita, meski tak pernah diungkapkan.




***

Aku wanita berusia 23 tahun. Kurang lebih delapan bulan lalu aku baru saja lulus dari perguruan tinggi. Menjadi seorang lulusan bertitel sarjana memang bagi banyak orang terasa sangat berat, terlebih jika setelah lulus tak langsung mendapatkan pekerjaan layak. Benar, tradisi di Indonesia memang seringkali mempertontonkan bahkan mencontohkan bahwa setelah lulus agar cepat mendapatkan pekerjaan. Dan, itu juga terjadi padaku.


Banyak lamaran yang ku-apply melalui situs pencari kerja online. Namun, hampir satu bulan aku menganggur, tak satupun perusahaan mau memanggilku barang hanya interview. Meski gelisah, kusabar-sabarkan perasaanku mendapati tuntutan agar segera mendapatkan pekerjaan. Hingga satu waktu tiba, sebuah panggilan pekerjaan kudapatkan dan aku dinyatakan lolos.

Senang? tentu saja aku senang bukan main. Terlebih setelah menganggur sebulan lamanya akhirnya ada perusahaan yang mau memberiku kesempatan bekerja. Hanya saja, perusahaan tersebut mengharuskan aku untuk pindah ke luar kota. Kuutarakan maksudku pada ayah dan ibuku, kuberikan penjelasan mengenai apa saja yang didapat jika aku benar menerima tawaran kerja itu.

Diam. Ya, ayahku hanya diam mendengarkan penuturanku. Beliau menimbang banyak hal yang patut diperhitungkan jika aku benar bekerja di luar kota. Sementara ibuku? beliau juga terdiam, tak menanggapi. Sebelumnya, aku sempat bertengkar kecil dengan ibuku karena beliau sebenarnya tidak setuju terhadap rencanaku untuk pindah ke luar kota, tapi aku memaksa. Alasanku, aku mengejar cita-cita. Berbeda dengan ibu, ayahku memang cenderung pendiam. Beliau banyak memikirkan positif dan negatif segala sesuatu hal, salah satunya tentang rencana kepindahanku.

Jika selama ini aku seringkali berbagi pada ibuku tentang segala hal, kali ini beda. Aku hanya berdiskusi singkat dengan ayah dan akhirnya memutuskan untuk berangkat pergi ke luar kota. Sekilas, memang tidak ada yang spesial di sini, tapi tahukah kalian efek terbesar dalam hidupku setelah keputusanku untuk pindah kerja di luar kota?

Aku yang jarang sekali ngobrol dengan ayah, kini sering aku bercakap bahkan hal-hal simpel sekalipun, setiap aku pulang. Aku bahkan smsan dan memberi kabar tentang pekerjaan dan bercerita tentang kondisi kantor baruku. Semuanya, kuceritakan pada ayah. Ya, ada hikmahnya aku pindah ke luar kota. Satu hal yang aku tahu mengenai kepindahanku ini, ternyata ayah sayang denganku. Bagaimana aku tahu?

Kalian pernah merasakan bagaimana rasanya dihubungi oleh ayah di saat jam sibuk kantor? Sedangkan selama ini hubungan kalian tidak begitu dekat. Kalian pernah merasakan bagaimana rasanya ditanya sedang apa, bagaimana kondisi kantor, bagaimana dengan teman, dan dinasehati saat kalian tengah drop dengan tekanan di kantor baru? Sedangkan selama ini kalian hanya berbincang seperlunya dengan ayah. Itu tanda sayang. Ya, aku percaya itu adalah tanda sayang seorang ayah pada putrinya.

Di puluhan kilometer jarakku dengan rumah, aku berpikir mengenai alasan ayah mengapa sedemikian perhatiannya denganku saat aku jauh. Akhirnya, kuputuskan satu alasan, kuanalogikan pada satu hal yakni kupu-kupu. Analogi itu merujuk padaku.

Jika selama ini induk kupu-kupu selalu menjaga anak-anaknya dari telur, ulat, kepompong hingga kupu-kupu, lalu ketika anaknya besar dan menjadi kupu-kupu dewasa yang cantik, anaknya meninggalkannya. Kau pernah tahu bagaimana rasanya kehilangan terlebih lagi kehilangan sesuatu atau seseorang yang kau sayangi? Ya, begitulah perasaan seorang ayah. Ia rapuh sebenarnya, meski tampak kuat. Ia tak ingin kehilangan seorang yang amat disayangi, dijaganya dari kecil, namun ketika dewasa meninggalkannya. Gadis kecilnya kini telah menjelma menjadi kupu-kupu dewasa nan cantik, lalu terbang tinggi dan jauh.

Masih berpikir tentang ayah, aku mendapatkan satu kesimpulan lain tentangnya. Tentang mengapa dirinya selalu tampak galak dan jahat di depan anak-anaknya. Satu hal yang kudapatkan bahwa ayah sebenarnya tak ingin anaknya cedera. Tak ingin anaknya lemah, hingga tak sanggup membuat anaknya kembali bangkit. Ia sengaja selalu tampak galak, jahat, tetapi tegas, karena ia sayang dan tak ingin anaknya cedera. Bukan jahat, kalian hanya salah mengira. Ayah yang sebenarnya adalah ia yang selalu menjaga buah hatinya bahkan hingga sering melupakan kebutuhannya sendiri.

Jika kalian tak percaya dengan seberapa besar kasih sayang ayah terhadap kalian, coba tengok album foto keluarga dan cari dimana ayah kalian berada. Benar, beliau selalu ada di belakang kamera, memotret setiap detail tingkah kita dan anggota keluarga yang lain. Ayah, bahkan rela tak ikut berpose demi melihat senyum kita di depan kamera.

***

Ini sebuah cerita sederhana yang aku ambil dari sebuah artikel. Pertama kali aku mbaca ini, aku sampek nangis. keinget Ayahku yang sekarang tidak bersamaku. aku dan ayahku jauh.
terharu sekali rasanya.. dan itu sama dengan apa yang aku rasakan sekarang. jauh dari orang tua.. jauh dari ayah.. hanya bisa berkomunikasi lewat telepon..
Ayaah.. aku rindu ayah..

You May Also Like

0 comments