Pernah ada dimana aku, kamu dan
mereka menjadi kita. Pernah ada waktu dimana kita saling bercanda lepas,
tertawa bahagia bersama. Indahnya kebersamaan atas nama kita di waktu itu,
entah berbagi canda, tawa, bahagia dan rasa. Tapi kenapa kata ‘kita’ waktu itu
hanya ada ketika saya merasa bahagia? Ketika saya merasa bahwa saya tidak bisa
lagi tertawa dan bahagia penuh dengan rasa, dan hanya bisa memperlihatkan
senyum yang aku buat sekenanya tak ada lagi kata kita. Bagaimana mungkin saya
bisa menjawab bahwa saya baik-baik saja ketika rasa yang ada di dalam dada
sudah sampai ke atas kepala? Tapi nyatanya saya bisa, berkata saya baik-baik
saja dan masih bisa tersenyum manis palsu. Meninggalkan tanpa ada rasa sama sekali.
Tak ada lagi Kita.. Yang ada hanya kamu dan mereka, tanpa aku.
Hingga saya tersadar bahwa hanya
bahagia yang bisa menyatukan kita, bukan dengan kekecewaan sepihak yang membuat
kita berkurang satu. Terimakasih waktu, ketika hal itu terjadi saya menjadi
tahu bahwa saya tidak dapat bergantung kepada harapan. Karena harapan saya
kepada seseorang entah itu siapa hanya akan menciptakan kepalsuan senyumku yang
hanya bisa dipaksakan.
Teringat kegagalan saya
di masa lampau,
yang masih terngiang hingga sekarang.