Life goes on..

by - September 03, 2014

Sudah 2 tahun lebih aku tinggal di Jakarta. Dan kepulanganku ke kampung halaman juga dapat dihitung jari, karena keterbatasan waktu dan biaya tentunya. Di lebaran kemarin adalah kepulanganku yang kesekian kalinya. Senang rasanya bertemu dengan ayah, ibu dan saudara yang lama tak berjumpa. Sambutan hangat ketika tiba dirumah, nyaman sekali. Banyak sekali hal yang berubah semenjak aku tinggal pergi merantau. Suasana rumah karena ada perabotan baru, keramaian rumah karena ada anggota baru, Rara. Tapi bagiku masih sama, masih sama seperti yang dulu. Dan akupun menyadari, Ayah dan Ibu yang selama ini aku anggap masih sama seperti yang dulu ternyata mereka akan terus berubah seiring berjalannya waktu. Aku melihat raut wajah mereka yang tak seperti dulu lagi, makin banyak kerutan di wajah mereka. Dan banyak rambut uban yang makin hari makin menghilangkan rambut hitam mereka. Raut muka yang selalu tersenyum ketika melihatku, tetapi entah apa yang sebenarnya dipikiran mereka. Aku tidak tahu, tapi aku merasakan ada sesuatu hal yang tidak aku ketahui. Yang mungkin dalam pikiran mereka tak seharusnya anak mereka mengetahui hal itu. 


Ayah, aku sudah dewasa sekarang. Aku sudah hampir berumur 21 tahun. Tapi rasanya baru kemarin aku berlarian mendatangimu waktu ayah sepulang kerja di hari sabtu. Kemudian aku berebut dengan kakak untuk mengambil kantong di tanganmu. Aku masih ingat betul moment itu. Teriakan kecil memanggilmu karena ada hewan hewan yang aku takuti, sekecil apapun itu. Dan ayah kemudian datang untuk membunuh hewan itu. Tapi sekarang, disini aku melakukannya sendirian ayah. Akan terlalu lama jika aku memanggilmu hanya untuk membunuh hewan itu. Aku harus bisa melakukan sendiri tanpamu, ayah. 

Aku masih ingat, dulu sewaktu masih sekolah dasar aku menangis malam-malam karena belum menyelesaikan tugas karya seni, dan akhirnya aku ketiduran. Tapi esok paginya, aku melihat sudah ada karya seni berbentuk ikan di meja meskipun tidak ada ikan berwarna perak. Dan juga PR matematika yang esok paginya sudah ayah kerjakan di kertas buramku, sehingga paginya aku tinggal menyalin di buku PR-ku. Terima kasih ayah.. Dulu, ketika ayah berangkat bekerja aku masih tertidur pulas, sedangkan ketika ayah pulang, aku juga sudah terlelap sampai pagi. Sehingga kita jarang sekali bertemu.

Waktu acara Persami menginap 2 malam, ayah juga tidak mau mengijinkanku berangkat. Tetapi dengan rengekan manjaku, dengan terpaksa ayah merelakan aku pergi saat itu. Dan juga raut muka ayah ketika mengetahui nilai raporku jauh merosot ke bawah waktu SMP kelas 3 di semester pertama, maaf ayah.. 

Ketika MOS di SMK, aku benar-benar merasakan hidup sendirian. Hari kedua ketika, kakakku sudah tak menemaniku lagi aku hanya bisa menangis. Mengerjakan tugas mos hingga tengah malam, sendirian dan saat itu hanya terpikirkan jika ayah disini pasti ayah akan membantuku sampai semuanya selesai. Tapi, aku mulai terbiasa sejak saat itu. Aku bisa melakukannya sendirian ayah, meskipun terkadang aku masih tak bisa menahan untuk tidak menangis. Dan hingga sekarang aku masih bisa bertahan ayah, mencoba melakukan semuanya sendirian.

Aku dan ayah memang jarang sekali berbicara, membicarakan hal-hal yang secara pribadi(curhat). kita mungkin hanya sekedar membicarakan makanan, ataupun film yang sedang tayang di TV. Apalagi setelah aku pergi ke Jakarta. Di telepon mungkin aku dapat berbicara panjang lebar, tapi entah kenapa ketika aku bertemu dengan ayah aku tak bisa seramai ketika di telepon. Rasanya kaku, tapi entah kenapa juga rasanya curhat dengan ayah lebih nyaman. Mungkin karena ayah bisa jadi pendengar yang baik. 

----

Cukup sampai sini dulu ya, nulis segini aja udah bikin sesek. Udah beberapa kali ngambil tisu cuma buat nulis di posting ini.. hiks

You May Also Like

0 comments